Skoliosis
Apa itu Skoliosis?
Skoliosis adalah suatu kondisi yang melibatkan kelengkungan abnormal pada tulang belakang manusia.
Tulang yang normal memiliki bentuk yang lurus dan sejajar, seperti batang kayu yang tegak.
Sedangkan pada skoliosis, tulang belakang melengkung secara sisi ke sisi, membentuk pola seperti huruf “S” atau “C”.

Skoliosis dapat membuat punggung terlihat tidak lurus dan menyebabkan postur tubuh menjadi tidak simetris.
Tulang normal seharusnya lurus, sedangkan tulang skoliosis melengkung.
Jika pada dalam gambaran x-ray, kelengkungan diatas 10 derajat sudah dapat dikategorisasikan sebagai skoliosis.

Gejala Skoliosis
Gejala dapat bervariasi tergantung pada tingkat keparahannya.
Pada kasus ringan, gejala mungkin kurang terlihat, sedangkan pada kasus yang lebih parah, dapat timbul berbagai masalah.
Berikut adalah beberapa gejala klinis umum scoliosis:

- Postur Tubuh Tidak Simetris: Pergelangan tubuh yang tidak seimbang, terutama pada daerah bahu atau pinggul terlihat lebih tinggi dari satu sisi. Individu dengan scoliosis mungkin memiliki posisi tubuh yang miring atau membungkuk.
- Nyeri Punggung: Nyeri pada punggung umumnya disebabkan oleh tekanan yang tidak normal pada tulang belakang, otot, ligamen, dan jaringan lunak di sekitarnya akibat lengkungan yang terbentuk.
- Mudah Merasa Lelah: Kurva abnormal pada tulang belakang dapat menyebabkan otot-otot bekerja lebih keras untuk menjaga keseimbangan tubuh, terutama pada kasus yang lebih parah.
- Keterbatasan Gerakan yang Signifikan: Hal ini dapat terjadi karena pembatasan fleksibilitas tulang belakang, ketidakseimbangan otot, kompresi saraf, dan ketidakseimbangan postur tubuh.
- Kesulitan Bernapas (Pada Beberapa Kasus): Berdasarkan riset, kelengkungan tulang belakang dapat mempengaruhi fungsi paru-paru dan menyebabkan kesulitan bernapas.
- Sakit Kepala: Pada beberapa kasus, individu dengan skoliosis mungkin mengalami sakit kepala sebagai hasil dari tekanan yang ditempatkan pada otot-otot leher atau bahu yang mencoba untuk menyeimbangkan tubuh yang tidak seimbang akibat kelengkungan tulang belakang.
Dalam beberapa kasus, penderita scoliosis tidak menunjukkan gejala, terutama pada tingkat keparahan rendah. Maka itu, pentingnya deteksi dini dan pemeriksaan rutin.
Skoliosis yang signifikan juga dapat mengakibatkan penurunan tinggi badan karena kelengkungan tulang belakang yang mengurangi ruang di antara vertebra, serta dapat menghambat pertumbuhan tulang belakang pada masa pertumbuhan.
Penyebab Skoliosis
Dalam lebih dari 80% kasus, penyebab skoliosis tidak diketahui – kondisi ini disebut skoliosis idiopatik.
Namun, berikut adalah faktor resiko penyakit skoliosis yang umum:
- Faktor Genetik: Beberapa kasus scoliosis memiliki dasar genetik, di mana faktor keturunan dapat memainkan peran penting. Riwayat keluarga dengan scoliosis dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami kondisi ini.
- Kelainan Bawaan: Beberapa individu lahir dengan kelainan bawaan pada tulang belakang, seperti vertebra tambahan atau kurang, yang dapat menyebabkan scoliosis.
- Neuromuskular Conditions: Gangguan neuromuskular seperti cerebral palsy atau muscular dystrophy dapat mempengaruhi fungsi otot dan menyebabkan scoliosis.
- Kebiasaan Postur yang Buruk: Scoliosis postural dapat muncul sebagai respons terhadap posisi tubuh yang tidak seimbang atau kebiasaan postur yang buruk.
Diagnosis Skoliosis
Beberapa metode diagnostik yang umum digunakan adalah:
1. Adam’s Test
Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik untuk menilai simetri tubuh, posisi bahu, pinggul, dan punggung. Langkah ini membantu mendeteksi kemungkinan adanya skoliosis.

Salah satu contoh pemeriksaan yang mudah dilakukan untuk orang awam adalah menggunakan metode Adam’s Test, sehingga para orang tua bisa dengan mudah mendeteksi ada tidaknya scoliosis pada anak.
Untuk memeriksa ini, anak diminta untuk berdiri tegak dengan kaki terbuka selebar pinggang, kemudian membungkuk ke depan, dengan tangan dilepaskan bebas ke bawah.
2. Penggunaan X-Ray

Pemeriksaan X-Ray adalah metode diagnostik utama untuk mengukur tingkat kelengkungan tulang belakang dan menentukan jenis skoliosis. X-ray juga membantu memantau perkembangan kondisi seiring waktu.
3. MRI atau CT Scan
Pada kasus tertentu, dokter dapat merujuk pasien untuk menjalani MRI atau CT scan untuk mendapatkan gambaran lebih detail tentang struktur tulang belakang dan organ-organ terkait.
4. Pengukuran Cobb Angle

Metode pengukuran Cobb angle digunakan untuk menentukan sejauh mana kelengkungan tulang belakang. Hal ini membantu dokter menentukan tingkat keparahan skoliosis.
7 Langkah Penanganan Skoliosis
Kamu bisa menangani skoliosis dengan 7 langkah dibawah ini, yang pastinya sangat dianjurkan untuk para skolioser!
1. Aktivitas Fisik yang Teratur dan Tidak Berlebih

Latihan fisik yang teratur dapat membantu memperkuat otot-otot di sekitar tulang belakang dan menjaga fleksibilitasnya.
Hindari beban berlebih. Membatasi beban yang terlalu berat yang harus ditanggung oleh tulang belakang dapat membantu mencegah tekanan berlebih pada tulang belakang.
Olahraga yang dianjurkan untuk penderita skoliosis adalah olahraga yang membantu menguatkan otot tapi tanpa memberikan beban berlebih seperti contohnya berenang, yoga dan bersepeda. Untuk lengkapnya, lihat dalam artikel “Olahraga Untuk Skoliosis: Mana yang Dilarang dan Aman?“.
2. Menjaga Postur Tubuh yang Baik

Menjaga postur tubuh yang baik saat duduk, berdiri, dan berjalan dapat membantu mencegah ketidakseimbangan otot dan perkembangan scoliosis postural.
Pastikan meja, kursi, dan area kerja sesuai dengan ergonomi untuk mendukung postur tubuh yang baik. Ketika berdiri atau duduk, pertahankan posisi tubuh yang seimbang.
Selain itu, hindari kebiasaan buruk seperti membungkuk terlalu sering atau mengangkat beban dengan cara yang salah dapat membantu mencegah scoliosis.
3. Manajemen Stres

4. Pantau Secara Rutin

Pemeriksaan rutin oleh dokter, terutama pada anak-anak dan remaja, dapat membantu mendeteksi pada tahap awal dan memulai pengelolaan yang sesuai.
5. Fisioterapi Skoliosis – Latihan Schroth

Untuk anak-anak dan dewasa dengan scoliosis di atas 10 derajat, disarankan melakukan latihan Schroth. Ini adalah terapi khusus untuk melatih otot, mengurangi rasa sakit, dan memperbaiki postur tubuh pada scoliosis.
Berikut adalah indikasi pasien yang cocok untuk metode ini:
- Memiliki kurva ringan < 20° (Lebih kecil dari 20 derajat) ketika umur 10-16tahun (Puber).
- Memiliki kurva moderat hingga berat >40° ketika sudah lewat umur 17 tahun (dewasa muda). Karena bila lebih besar dari 25° ketika berumur puber (10-14tahun) maka prioritas pertama adalah Brace GBW.
- Tidak diketahui penyebabnya (idiopatik) dan tidak mengalami kecacatan ataupun mengancam kehidupan
Metode fisioterapi skoliosis ini tidak mempunyai efek samping dan juga resiko.

Latihan ini berasal dari Jerman dan dapat dipelajari melalui program Schroth Best Practice, memudahkan pasien berlatih di rumah. Program ini juga mengajarkan cara memanfaatkan prinsip Schroth dalam aktivitas sehari-hari (ADL) untuk menjaga postur tubuh.
6. Latihan Postur
Latihan-latihan berikut mungkin tidak ditujukan secara khusus untuk diagnosis skoliosis Anda, tetapi mereka adalah titik awal yang baik untuk membuat Anda bergerak. Kadang-kadang, teknik umum untuk penguatan dan pengkondisian ini cukup untuk mengurangi gejala skoliosis ringan.
- Step down and one-arm reach

- Upward and downward dog

- Split stance with arm reach

7. Penggunaan Brace GBW
Penggunaan brace pada kasus skoliosis bertujuan untuk mengontrol atau memperlambat progresivitas kelengkungan tulang belakang, serta membantu menjaga postur tubuh yang sehat. Nah, penggunaan brace ini dapat memberikan manfaat yang signifikan dalam manajemen skoliosis.
Pada anak dengan scoliosis kurva di atas 20 derajat atau pada pasien dewasa dengan scoliosis di atas 40 derajat, direkomendasikan penggunaan brace GBW (Gensingen brace by Weiss).

Brace ini, berbasis teknologi 3D dari Jerman, dirancang untuk mengoreksi kemiringan dan perputaran tulang pada scoliosis. Brace GBW bersifat rigid, asimetris, dan dirancang sesuai tipe kurva pasien, memberikan koreksi maksimal.
Proses pembuatannya cepat, nyaman, dan brace ini lebih ringan, tidak menghambat gerakan pernafasan, dan memungkinkan aktivitas normal. Disarankan penggunaan full-time (20-22 jam/hari), dengan penyesuaian durasi sesuai perkembangan pasien.
Tingkat kesuksesan brace GBW yaitu 95% dan dapat mengkoreksi 50-90% derajat kelengkungan pada pasien usia puber 10-14 tahun. Penggunaan brace GBW tidak memiliki resiko sama sekali.

Posisi Tidur Untuk Pasien Skoliosis
Ada beberapa posisi tidur yang direkomendasikan bagi penderita skoliosis agar dapat tidur dengan nyaman dan mengurangi risiko memperparah kondisi mereka. Berikut ini adalah beberapa posisi tidur yang baik bagi penderita:
Dianjurkan:
- Posisi Tidur Terlentang
- Posisi Tidur Miring ke Salah Satu Sisi
Tidak Dianjurkan:
- Hindari Posisi Tidur Meringkuk
- Hindari Posisi Tidur Tengkurap

Perlengkapan tidur juga merupakan hal penting yang perlu diperhatikan oleh penderita skoliosis. Berikut adalah beberapa tips terkait perlengkapan tidur:
- Kasur yang Padat dan Kaku
- Bantal yang Tidak Terlalu Tinggi
Klasifikasi Skoliosis
Skoliosis dapat diklasifikasikan berdasarkan jenisnya dan juga tingkat keparahannya, yaitu ringan, sedang, dan berat.
Klasifikasi ini membantu dokter merencanakan strategi pengelolaan yang tepat.
1. Berdasarkan Tingkat Keparahan Skoliosis
Pertama tama, mari kita bahas berdasarkan tingkat keparahannya.

- Ringan (Cobb Angle < 25 derajat): Scoliosis pada tingkat ini mungkin hanya memerlukan pemantauan reguler tanpa perlu intervensi aktif.
- Sedang (Cobb Angle 25-45 derajat): Pemantauan ketat dan terapi fisik mungkin diperlukan untuk mencegah perkembangan lebih lanjut.
- Berat (Cobb Angle > 45 derajat): Scoliosis pada tingkat ini mungkin memerlukan perawatan lebih agresif, termasuk pertimbangan pembedahan.
2. Berdasarkan Penyebabnya
Jika diklasifikasikan berdasarkan penyebabnya, skoliosis dibagi menjadi 2: struktural dan postural. Cek perbedaannya pada gambar dibawah:

3. Berdasarkan Jenisnya
Nah, sekarang mari kita bahas klasifikasi berdasarkan jenisnya.
- Skoliosis Kongenital disebabkan oleh kelainan bawaan pada tulang belakang saat lahir. Kelainan ini bisa berupa tulang belakang yang tidak terbentuk dengan benar atau terbentuk secara tidak sempurna.

- Skoliosis Neuromuskuler terjadi sebagai akibat dari gangguan saraf atau otot. Contohnya termasuk cerebral palsy, distrofi otot, atau trauma saraf tulang belakang.

- Skoliosis Idiopatik adalah jenis yang paling umum dan tidak memiliki penyebab yang jelas. Ini sering terjadi pada anak-anak atau remaja, dan dapat dibagi menjadi tiga subjenis berdasarkan usia onsetnya: Infantil: Onsetnya terjadi sebelum usia 3 tahun, Juvenil: Onsetnya terjadi antara usia 3 dan 10 tahun, Adolesen: Onsetnya terjadi antara usia 10 dan 18 tahun.

- Skoliosis Traumatik adalah kondisi yang berkembang akibat kecelakaan atau hentakan besar pada tulang belakang hingga menyebabkan hilangnya kestabilan.

- Skoliosis Degeneratif / De Novo berkembang sebagai hasil dari perubahan degeneratif pada tulang belakang seiring bertambahnya usia. Hal ini dapat terjadi karena osteoporosis, osteoarthritis, atau degenerasi diskus intervertebralis.

- Skoliosis Neuropatik: Biasanya terkait dengan kelainan saraf tertentu seperti sindrom Marfan, sindrom Ehlers-Danlos, atau syringomyelia.
- Skoliosis Fungsional: Skoliosis fungsional biasanya disebabkan oleh ketidakseimbangan otot atau perbedaan panjang kaki yang signifikan. Kelengkungan tulang belakang dalam kasus ini adalah respons adaptif tubuh terhadap ketidakseimbangan tersebut dan bukan karena adanya kelainan struktural tulang belakang.
4. Berdasarkan Pola Skoliosis

Skoliosis dapat diklasifikasikan ke dalam 7 jenis pola kurva secara umum. Oleh karena itu, diperlukan terapi dan program yang sesuai untuk mengatasi pola kurva skoliosis ini secara efektif.
Setiap jenis skoliosis memiliki karakteristiknya sendiri dan memerlukan pendekatan perawatan yang berbeda tergantung pada penyebab, tingkat keparahan, dan faktor-faktor lainnya.
